Senin, 16 Agustus 2010

jalan ini... dulu hanya jalan setapak yang sepi....sekarang sudah jadi akses yang begitu penting.. lama sudah ku tingal kan desa ini.. begitu banyak perubahan... dahulu ini hanya desa kecil yang begitu hangat masyarakatnya.. sekarang desa ini sudah merubah wajahnya,, ini bukan desa yang dulu yang setiap paginya gadis - gadis pergi ke sungai untuk mandi atau hanya mengambil sedikit air..

dimana anak-anak yang dulu bermain kejar - kejaran..
dimana gadis - gadis yang berjalan dengan malu -malu.
dimana masyarakat yang hangat itu,,,,

entah.... lah..

semakin ku masuki desa ini semakin ku asing di dalamnya... tak ku temukan lagi surau tempat ku dan anak - anak sebaya belajar agama...
ini luar biasa... dimana - mana berjejer toko dan bangunan yang mewah...

dimana penduduk asli yang dulu bekerja sebagai petani...
dimana lahan dan sawah mereka....

entah... lah....

semakin ku jauh berjalan hingga sampai di rumah kecil keluarga ku, sebelum meninggalkan desa ini..
di samping rumah kecil ku masih berdiri rumah yang tlah di makan usia,, aku ingat.. itu rumah yang dulu di tinggali.. ratna,, janda yang di tinggal suaminya karna meninggal dalam kecelakaan bersama anak tunggalnya..... dia selalu baik padaku dan menganggapku anaknya sendiri karna usia ku sebaya dengan anaknya yang tlh meninggal... ku juga memanggilnya ibu atas permintaannya...

pelan - pelan pintunya ku ketuk,,, perlahan ku dengar suara langkah kaki mendekati pintu...
sambil membuka pintu dia bertanya ," siapa.. ? ada perlu apa,, berapapun imbalan yang di berikan rumah ini tidak di jual,,
mungkin ibu ratna tak kenaliku lagi karna sudah lama tak bertemu..
raut wajahnya begitu renta,, mungkin karna beban hidupnya sehingga jauh berbeda dengan ibuku yang sebaya dengannya..

maaf bu,, saya tetangga ibu yang dulu pindah kekota... ibu masi bisa ingat saya...ku coba jelaskan siapa ku sebenarnya.
diperhatikannya wajahku sedetail mungkin... sampai ia ingat dan teriak..," kamu rio... benarkan nak,, kamu rio..,"
ku tersenyum dan mengangguk membenarkan tebakan bu ratna...
lalu tubuhku di peluknya,, karna ku memang sudah dianggap anaknya sendiri

lalu ku di persilahkan masuk...
begitu masuk bu ratna membuatkan air minum dan bercerita tentang desa ini yang tlah berubah jadi kota

ternyata orang - orang pabrik dan pengusaha dari kota telah membebaskan lahan masyarakat dengan imbalan yang cukup tinggi... hanya tersisa beberapa rumah yang belum di bebaskan... dan salah satunya rumah bu ratna yang selalu di datangi orang pabrik untuk di bebaskan..

lalu orang - orang desa dimana bu ?
," mereka pindah ke pinggir desa,, ada juga yang pindah kekota.. banyak juga yang membeli perumahan yang di bangun dari tanah yang telah dibebaskan...
ingin ku tanya tentang gadis yang menjadi cinta pertamaku waktu masih smp,, tapi aku malu.. seakan bisa membaca pikiranku bu ratna bilang," rifka yang dulu temanmu waktu sekolah udah menikah,,dia punya 3 orang anak,,, tapi sekarang dia tlah di tinggal suaminya,, suaminya nikah lagi...
ku hanya tersenyum.. membuktikan ku mengerti maksud bu ratna...
bu ratna kembali bertanya ," istrumu gak di ajak serta, anakmu berapa ?
ku jawab : ku belum menikah bu,, masih sibuk ngurusin pekerjaan,, lagian kalau pun saya nikah ibu pasti di undang,,,
bu ratna tersenyum,, lalu berkata ," jangan terlalu sibuk kerja nak,..
ku tersenyum.. karna kata - kata itu sudah terlalu sering ku dengar..
karna hari sudah sore,, ku pamit tuk menuju tempat penginapan.. karna memang rumah kecil ku sudah lama tak di tinggali...

sesampainya di penginapan kata- kata bu ratna tentang rifka mengganggu pikiranku.. mungkin salahku meninggalkannya dulu... tapi ini juga bukan mau ku,, karna jarak yang jauh buat ngirim surat juga tak mungkin... keadaan ini jauh berbeda dengan sekarang..

entah kenapa..
rasanya sakit mendengar kata dia telah menikah.. juga tujuanku kembali ke desa ini hanya dia,,, rasanya ku tak bisa memaafkan keadaan..
alasanku tak menikah juga karna cintaku yang begitu besar padanya... perlahan ku coba tenangkan pikiranku,,, ku coba pahami dia,,
siapa orang yang mau menanti orang yang tak pasti.. tak ada kabar,,
tapi ku masih belum bisa terima kepergiannya..
ingin rasanya ku melihat wajahnya lagi...

ku ingat,, bu ratna memberiku alamatnya yang sekarang,,
ku beranikan diri melihat rumahnya...
alangkah sakit rasanya melihat dia di depan rumahnya bersama anak- anaknya,,,
ku dekati rumahnya,,, kulihat dia memandangku,,,

dari pandangannya ku tau dia marah,,, lalu anak- anaknya disuruh masuk rumah..
tanpa menunggu ku bicara dia langsung bertanya ," mengapa kau baru datang..?
kemana kau slama ini ? mana janjimu dulu,,? puas kau baru datang melihatku begini...
dia tak memberiku waktu tuk bicara... dia menyalahkan ku atas semua...
ku lihat dia menangis... ku ingat dulu saad dia menangis ku pinjamkan bahuku dan ku hapus air matanya... tapi sekarang dia menangis.. ku hanya diam..
melihatnya menangis membuatku tersiksa.. ku memang tidak menangis karna ku harus kuat,, tapi hatiku menangis,,, karna rasa cintaku yang beitu dalam di hatiku...


ku tau... kalau dia masih menyisakan cintanya yang dulu pernah ada...
ku minta maaf atas salahku,,, yang tak pernah ada kepastian...
kulihat dia mulai tenang,, mungkin karna beban nya tlah terlepaskan dengan mengungkapkan perasaannya di hadapan orang yang dia cinta dulu,,,
perlahan ku dengar dia minta maaf karna tak bisa sabar menunggu.. karna orang tuanya selalu memaksanya menikah...

sejak kejadian itu,, ku pulang ke kota dan bertekat tuk tinggal dan menetap di desa ku dulu,, ku buka cabang usaha yang ku jalani sekarang di desaku...
sejak saad itu ku mulai akrab lagi dengan rifka dan juga anak- anaknya..
dalam hatiku sering berkata.. andai mereka anak- anak ku..
sampai saad ini ku selalu dekat dengan mereka,,, dan tak menutup kemungkinan suatu saad rifka akan jadi ibu dari anak- anak ku,,,

cinta pertama tak pernah mati,,, tak akan lekang oleh waktu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar